Kamis, 05 Desember 2013
Jurnal praktikum fisika (amperemeter dan voltmeter)
JURNAL PRAKTIKUM
FISIKA DASAR LANJUTAN
AMPEREMETER DAN VOLTMETER
Nama : Rizky Ayu Dhiaztari
NIM : 121810201034
Kelompok : B3
LABORATORIUM FISIKA DASAR
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Arus
Listrik ada dua macam, yakni arus listrik bolak-balik atau biasa disebut arus
listrik AC (Alternating Current) dan arus listrik searah atau arus DC (Direct
Current). Untuk mengukur besarnya arus listrik dibutuhkan alat yang bernama
Amperemeter. Sedangkan Voltmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur
tegangan listrik. Untuk mengetahui beda potensial tegangan DC antara dua titik
pada suatu beban listrik atau rangkaian elektronika digunakan Voltmeter DC.
Sebuah voltmeter Dc mengukur beda potensial antara dua titik dalam sebuah
rangkaian arus searah dan penyusunannya disusun secara paralel.
Amperemeter
dan voltmeter banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga perlu
dipelajari lebih lanjut agar lebih mengenal dan bisa menggunakan atau
mengaplikasikan fungsi dari amperemeeter dan voltmeter dalam kehidupan
sehari-hari. Prinsip voltmeter dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai
sistem pengisian (spull and regulator)
serta mengecek kondisi accu.
Sedangkan amperemeter biasa digunakan untuk mengukur aliran arus listrik yang
melalui sistem kabel bangunan baru, selain itu juga digunakan untuk menemukan
masalah dalam sistem kabel pada gedung-gedung tua. Hal-hal tersebut merupakan
bukti pentingnya mengapa perlu mempelajari voltmeter dan amperemeter.
Besar
kecilnya arus listrik diukur dengan menggunakan alat yang bernama amperemeter.
Caranya adalah dengan menyusun atau merangkai amperemeter, hambatan geser, dan
voltmeter ataupun sumber tegangan (power supply) secara paralel. Kemudian nilai hambatan
dirubah dengan menggeser hambatan untuk mendapatkan lima variasi data nilai I
(kuat arus) dan V (tegangan). Selain itu dibuat rangkaian paralel yang terdiri
dari hambatan geser, amperemeter, dan power
supply untuk memperoleh I1. Nilai I1 untuk lima
variasi data mempunyai nilai yang sama, sedangkan untuk memperoleh nilai I2
perlu dihubungkan dengan bangku hambatan sehingga diperoleh lima variasi data
dengan harga atau nilai Rb yang berbeda. Untuk mengukur tegangan
dengan menggunakan voltmeter, caranya sama dengan pengukuranhambatan dengan
menggunakan amperemeter, namun untuk voltmeter dirangkai secara seri.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum amperemeter dan voltmeter ini yaitu sebagai
berikut :
a. Berapa nilai atau harga I1 dan I2 dalam praktikum
ini?
b. Berapa nilai atau harga V1 dan V2 dalam praktikum ini
?
c. Berapa ggl (؏) yang digunakan dalam praktikum ?
d. Berapa hambatan geser yang digunakan pada amperemeter?
e. Berapa hambatan geser yang digunakan pada voltmeter?
1.3
Tujuan
Berdasarkan
pada rumusan masalah tersebut maka tujuan dari praktikum ini adalah :
a.
Mengetahui nilai
dari I1 dan I2 yang digunakan dalm praktikum ini
b.
Mengetahui nilai
dari V1 dan V2 yang digunakan dalam praktikum
c.
Mengetahui nilai
ggl (؏) yang digunakan dalam praktikum ini
d.
Mengetahui nilai
hambatan geser yang digunakan pada amperemeter
e.
Mengetahui nilai
hambatan geser yang digunakan pada voltmeter
1.4
Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum yang dilakukan
adalah untuk mengetahui bagaimana prinsip kerja dari amperemeter dan voltmeter,
sehingga dapat mengaplikasikannya dan mengembangkan prinsip tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari, amperemeter dapat digunakan
untuk menemukan masalah dalam sistem listrik pada kabel bangunan-bangunan tua,
sedangkan voltmeter dapat digunakan sebagi sistem pengisian (spull and regenerstor) serta mengecek
kondisi ACCU.
BAB 2. DASR TEORI
Jenis arus listrik terbagi menjadi dua, yakni arus
listrik searah atau DC (Direct Current) dan arus listrik bolak-balik atau AC
(Alternating Current). Pada arus listrik bolak-balik, muatan listrik mengalir
dalam dua arah (bolak-balik). Adapun pada arus listrik searah, muatan listrik
hannya mengalir dalam satu arah saja. Ciri umum dari arus bolak-balik, yaitu
sumber tegangan berasal dari PLN sedangkan arus searah berasal dari baterai.
Contoh peralatan yang menggunakan arus listrik searah yaitu kalkulator, remote control, jam, dan
lampu senter (Abdullah, 2000).
Kuat arus didefinisikan sebagai jumlah muatan yang
mengalir melalui penampang suatu kawat penghantar persatuan waktu. Secara
sistematisnya kuat arus dituliskan sebagai berikut : I = Q/t
dengan, I = kuat arus listrik (A)
Q= jumlah muatan yang
mengalir (C)
t = waktu (s)
1 A = 1 C/s
Untuk
mengukur kuat arus listrik dalam suatu penghantar dapat dilakukan dengan
menggunakan amperemeter. Cara pengukurannya yaitu dengan menghubungakan alat
ukur arus lisrtri secara seri dengan sumber tegangan listrik (Arkundato, 2007).
Jika berbagai komponen listrik dihubungkan membentuk
suatu rangakaian terhadap adanya percabangan diantara kutub-kutub sumber ggl,
dikatakan bahwa komponen-komponen tersebut terhubung dalam satu rangkaian seri.
Elektron-elektron mengalir dari kutub negatif sumber arus listrik melalui kabel
dan masing-masing komponen seri berurutan dan akhirnya kembali ke kutub positif
sumber arus listrik. Kuat arus yang mengalir selalu sama di setiap titik di sepanjang
rangkaian (Indrajit, 2007).
Setiap alat ukur arus listrik atau amperemeter memiliki
karateristik yang berbeda, baik arus maksimum yang didapat atau skala yang
tertera pada amperemeter. Cara membaca skala pada amperemeter adalah dengan
menggunakan rumusan sebagai berikut :
(Kemmerly,
2005).
Pergerakan muatan atau arus di dalam konduktor dapat
diibaratkan air yang mengalir di dalam pipa. Agar air mengalir dengan deras
maka air harus digerakkan dari potensial tinggi ke potensial rendah. Begitupun
arus listrik, agar arus bergerak dengan cepat, diantara kedua kutub harus
diberi beda potensial yang tinggi. Beda
potensial yang menyebabkan arus mengalir biasa disebut dengan tegangan listrik.
Tegangan listrik juga dapat didefinisikan sebagai ukuran untuk kerja yang
dibutuhkan untuk memindahkan muauutan melalui elemen. Satuan tagangan adalah
volt, dan 1 volt sama dengan 1 Joule/sekon. Tegangan disimbolkan dengan V
(Paulina, 2008).
Untuk mengukur beda potensial atau tegangan diantara
kedua ujung penghantar, digunakan alat yang bernama voltmeter. Penyusunan
voltmeter harus secara paralel dengan sumber listrik atau komponen listrik yang
akan diukur beda potensialnya. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada voltmeter
terdapat dua kutub, yaitu kutub negatif dan kutub positif sehingga kutub-kutub
ini harus dihubungkan secara bersesuaian dengan kutub-kutub yang pada
rangakaian.
Gambar 2.1 pemasangan voltmeter
(Sumber : Petunjuk Praktikum Fisika Dasar Lanjutan,
2013).
Efek
pemasanagn voltmeter terhadap rangkaian disebut juga loading effect. Efek ini dapat diartikan sebagai pengaruh
pemasangan voltmeter yang akan merubah besaran voltase yang ingin diukur karena
voltmeter juga terukur sebagai beban, sehingga resistansi voltmeter harus jauh
lebih tinggi atau lelbih besar dari beban yang ingin diukur (Zemansky, 1962).
Amperemeter sering juga disebut ammeter. Amperemeter pada
rangkaian perlu diletakkan seri terhadap kuat arus yang ingin diukur. Hal ini
disebabkan arus tidak akan berubah bila melalui rangkaian seri, dan akan
terbagi bila melalui rangkaian paralel. Walaupun arus pada rangkaian seri tidak
berubah, akan tetapi perletakan amperemeter pada suatu rangkaian tersebut akan
mempengaruhi pengukuran. Hal ini dikarenakan amperemeter memiliki tahanan
internal sehingga akan menambah besaran tahanan total pada rangkaian tersebut
dan merubah besar arus yang hanya mengalir ke tahanan pada rangakaian awal
(Arukundato, 2007).
Besaran rentang ukur ditentukan oleh seberapa besar
resistor total yang tersambung. Sensifitas sebuah amperemeter atau ammeter juga
ditentukan oleh resistor shunt,
semakin besar resistor shunt maka
semakin sensitif ammeter tersebut. Untuk mengukur arus yang lebih dari 50A,
maka amperemeter perlu ditambah resistor shunt
atau resistor tambahan (eksternal). Resistor shunt ini berfungsi untuk menurunkan arus yang masuk ke rangkaian
agar tidak merusak alat ukur. Amperemeter bekerja sesuai dengan hukum gaya Lorentz
dan gaya magnetis. Arus yang mengalir pada rangakaian akan menimbulkan gaya
Lorentz yang akan menggerakkan jarum amperemeter. Semakin besar arus yang
mengalir, maka semakin besar simpangannya (Zemansky, 1962).
Gambar 2.2 pemasangan amperemeter
(Sumber : Petunjuk Praktikum Fisika Dasar Lanjutan,
2013).
BAB 3. METODE PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam praktikum Amperemeter dan Voltmeter, yaitu :
a.
Amperemeter DC /
Multimeter DC
fungsi : sebagai
pengukur kuat arus yang mengalir dalam rangkaian
b.
Voltmeter DC
fungsi : sebagai
pengukur tegangan yang mengalir dalam rangkaian
c.
Sumber tegangan DC
variabel
fungsi : sebagai
sumber tegangan
d.
Bangku hambatan
fungsi : sebagai
tempat untuk merangkai hambatan
e.
Hambatan geser
fungsi : hambatan
yang harga hambatannya bisa dirubah
f.
Resistor
fungsi : sebagai
penghambat atau pembagi arus
g.
Multimeter digital
fungsi : untuk
mengukur hambatan
h.
Kabel penghubung
fungsi : sebagai
penghubung komponen-komponen dalam rangkaian
3.2
Desain Percobaan
Berikut adalah
desain rangkaian yang digunakan dalam praktikum
3.2.1
Pengukuran hambatan
dalam amperemeter
Gambar
pengukuran hambatan pada amperemeter
(Sumber :
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar Lanjutan , 2013).
3.2.2
Pengukuran hambatan
dalam voltmeter
Gambar pengukuran
hambatan pada voltmeter
(Sumber :
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar Lanjutan , 2013).
3.3
Langkah Kerja
Langkah kerja praktikum amperemeter dan voltmeter adalah
:
A.
Menghitung hambatan
dalam amperemeter
1.
Rangkaian disusun
seperti gambar a, kemudian dihubungkan dengan saklar dan diatur hambatan
gesernya
2.
Kedudukan
Amperemeter (I) dan voltmeter (V) dicatat
3.
Percobaan diulang
hingga didapat 5 variasi nilai I dan V dengan menggunakan hambatan geser
4.
Rangkaian disusun
seperti gambar b tanpa menghubungkan bangku hambatan Rb. Saklar dihubungkan,
kemmudian diatur dan dicatat besarnya bangku hambatan. Besar arus dicatat
sebagai I1
5.
Bangku hambatan Rb
dihubungkan, besarnya Rb dan besar arus yang terlihat pada pembaca arus
Amperemeter (I2)
6.
Langkah 5 diulang
dengan 4 harga Rb yang berbeda
B.
Menghitung hambatan
dalam voltemeter
1.
Rangkaian disusun
seperti gambar c, besar hambatannya diatur. Kemudian dicatat pembacaan
Amperemeter dan Voltmeter.
2.
Langkah 1 diulangi
untuk harga hambatan geser yang berbeda, sehingga di dapatkan 5 pasang data I
dan V
3.
Rangkaian disusun
seperti gambar d tanpa menghubungkan bangu hambatan Rb.
4.
Saklar dihubungkan,
besarnya hambatan geser diatur dan dicatat pembaca tegangan pada voltmeter (V1)
5.
Rb dihubungkan dan
dicatat kembali nilai pembacaan voltmeter (V2)
6.
Langkah 5 diulangi
untuk 4 harga Rb yang berbeda.
3.4
Metode Analisis
Metode analisis
yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
A. Pengukuran hambatan pada amperemeter
2.
Cara kedua (dengan
Rb)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. 2000. Fisika . Jakarta : Erlangga.
Arkundato, A. 2007. Fisika Dasar. Jember : Universitas Jember.
Indrajit, D. 2007. Fisika Dasar II. Bandung : PT. Setia Purna Inves.
Kemmerly, J. 2005. Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga.
Paulina, O. 2008. Fisika Kelompok Teknologi dan Kesehatan. Bandung : Grafinda Media Pratama.
Purwandari, E. 2013. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar Lanjutan. Jember: Universitas Jember.
Zemansky. 1962. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.
Langganan:
Poskan Komentar (Atom)
daftar pustakanya mana gan? mohon ya
BalasHapushehe ..
Hapusiya maaf lupa ..